Menyukaimu adalah caraku untuk mengupgrade kualitas diriku

Adhim Bagas
3 min readMay 27, 2022

--

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu;
aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
-Sapardi Djoko Damono

Sepenggal puisi dari pak sapardi, membuat saya teringat bahwa saya juga ingin mencintainya dengan sederhana. sesederhana kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu karena hujan yang telah meniadakannya.

Menyukai seseorang adalah hal yang manusiawi. walaupun rasa suka tersebut adalah rasa suka sepihak yang tak pernah diucapkan dan tak terbalas. rasa suka itu muncul mungkin karena terbiasa bersama, atau karena menyukai kepribadiannya.

Di umur quarter life of crisis seperti ini, kukira kecantikan bukanlah hal yang utama. melainkan kepribadian serta manners dari nya yang lebih utama. Entah, bagiku seorang perempuan tak perlu cantik-cantik banget, cukup ketika memandangnya diri kita sudah merasa nyaman dan selalu tersenyum, maka dia sudah masuk ke kategori yang lo sukai.

Menyambung ke judul, bagaimana bisa menyukai seseorang adalah cara kita untuk mengupgrade kualitas diri kita ? bukankah suka ya tinggal suka saja, tanpa perlu memakai upgrade-upgrade segala ?

Sebelum itu, ijinkan saya bertanya kepada pembaca. Pernah tidak kamu merasa insecure ketika menyukai seseorang ? entah mungkin kurang good looking or good rekening ? motormu yang masih supra dengan ciri khas batok getar nya ? atau insecure dengan sainganmu yang agak mapan sedikit di atasmu ?

Apapun bentuk insecure nya, saya kira kita semua pernah mengalaminya ketika menyukai seseorang.

Ada teori yang saya temukan ketika scrolling tiktok, dimana itu terdapat di konten nya salah satu podcaster, kalo tidak salah namanya marlo, dia memiliki kembaran namanya marko. Jadi didalam podcast tersebut dia bilang begini,

“Kalau lo suka dengan seseorang, maka jangan fokus pada orangnya saja. Coba fokusin ke diri lo juga, sudah pantaskah diri lo untuk memperjuangkan nya ? sudah bisakah lo meratukan dia setelah nanti jadian? Sudah pantaskah lo bersaing untuk mendapatkannya? Dari situ ketika lo suka sama seseorang, lo juga harus upgrade diri lo. Walaupun buruknya lo nggak bisa dapetin dia, tapi setidaknya lo berprogres untuk menjadi lebih baik dari versi lo yang dulu”

Sebuah teori yang sangat luar biasa bagi saya. Benar juga, ketika kita menyukai seseorang, maka kita harus perhatikan diri kita juga terlebih dahulu. Sudah pantaskah saya dengannya, akan bahagiakah dia dengan saya nantinya, atau kalau bahasa hijrah yang sering digunakan anak muda jaman now “memantaskan diri”.

Teori yang menurut saya sangat relevan dengan kondisi saya sekarang ini. Menyukainya adalah dorongan motivasi untuk saya untuk terus mengupgrade diri saya lebih baik lagi. Memangkas insecure-insecure yang ada sehingga tidak ada lagi insecure yang ada dalam diri saya. “Memantaskan diri” untuk bersanding dengannya yang tentu saja disukai oleh banyak orang selain diri kita. Urusan nantinya dia kita dapatkan atau tidak, semua kita serahkan kepada Tuhan. Karena sesungguhnya, Tuhanlah sang maha membolak-balikkan hati.

Tetapi yang jelas, kita sudah berprogres. Kita sudah berprogres kearah yang lebih baik dari versi kita sebelum menyukainya. Berkat rasa suka itu, kita telah banyak belajar untuk terus memoles diri kita kearah yang hendak kita inginkan. Rasa ingin cepat untuk memilikinya karena yang bersaing dengan kita pun memiliki rasa yang sama, membuat diri kita mempercepat progres itu. Dengan begitu, kita berprogres lebih cepat dari rencana awal karena ada satu dorongan motivasi yang kuat yaitu rasa suka terhadap seseorang. Maka dari itu, tulisan ini saya beri judul “menyukai mu adalah caraku untuk mengupgrade kualitas diriku”

Terakhir dari saya, ada quote yang selalu saya tanamkan dalam diri saya ketika berprogres dan juga berjuang untuk ranah asmara. Quote tersebut berbunyi :

“Cinta yang berkelas, tidak datang dari orang yang pemalas”

--

--

Adhim Bagas
Adhim Bagas

Written by Adhim Bagas

Interested about Mobile Programming, Content Writer, UI/UX design, and Search Engine Marketing (SEM)

No responses yet